Add

Selasa, 12 Desember 2023

Kisah di Sore Hari - Pena Kehidupan


Sore itu cuaca mulai mendung, udara yang awalnya hangat perlahan mulai mendingin menyapa kulit dengan lembut. Suara sholawat dari masjid memenuhi langit sore bermesraan dengan suara angin yang mendamaikan. Saat itu dia sedang duduk di sebuah kursi penuh kesederhanaan seraya menikmati akan ketidakberdayaan. Perlahan pikirannya mulai merenungi satu persatu garis takdir yang sudah dilukiskan sedih dan bahagia menjadi teman dalam perjuangan.

Dia adalah seorang anak yang sedang di perantauan berharap mengurangi beban akan ketidakmampuan. Namun harapan selalu tidak seindah dengan kenyataan, kali ini dia harus mengakui akan ketidakmampuan untuk hidup dalam kemandirian. Dengan berat hati dia harus mengakui bahwa dia sedang butuh pertolongan walaupun yang diminta jauh dari kata berkecukupan.

"Bu, maafkan aku.. Aku belum dapat pekerjaan di sini, uang yang kemarin ibu kasih sudah aku pakai untuk keperluan hidup di sini."

Tidak berselang lama sebuah notif muncul kepermukaan, sebuah nominal yang baginya sudah cukup untuk melanjutkan perjuangan. Dia merasa bingung apakah harus bersedih atau bahagia, karena dia tahu betul perjuangan dibalik digit yang sedang ia pandangi. Dia tahu ada air mata yang jatuh, ada keringat yang harus diperas, ada rasa sakit yang selalu diabaikan demi seorang anak yang jauh dari kata membanggakan.



0 komentar:

Posting Komentar