Add

Selasa, 12 Desember 2023

Kenapa ke Gunung - Pena Kehidupan

Kok naik gunung lagi sih, bukannya cape dan ngabisin uang yaa?

Kawah Gunung Gede
Kawah Gunung Gede

Kira-kira begitulah salah satu pertanyaan dalam diskusi antara hati dan pikiran saat akan melakukan pendakian. Mungkin itu juga pertanyaan banyak orang yang hanya melihat tanpa pernah mengalami bagaimana rasanya mendaki. Mungkin juga tetap menjadi pertanyaan bagi orang-orang yang mendaki gunung tetapi belum menemukan arti sesungguhnya dari kegiatan yang melelahkan itu. Tidak beda jauh dengan diriku, aku pun selalu bertanya-tanya apa yang sebenarnya aku lakukan dan kenapa aku selalu balik lagi ke tempat yang bernama gunung.

Mungkin sebelum aku menyampaikan alasannya, aku ingin cerita sedikit tentang background aku terlebih dahulu dan mengapa bisa sampai masuk pecinta alam dan suka naik gunung. Aku rasa ini dimulai dari lingkungan dan masa kecil dulu. Aku tinggal di pedesaan dan sangat dekat dengan alam termasuk sungai, hutan, pesawahan dan perbukitan. Hampir seluruh masa kecil ku dihabiskan di sawah dan ladang, termasuk yang paling aku suka adalah ketika di bawa ke hutan untuk mencari ikan atau rotan.

Dengan masa kecil ku yang seperti itu, akhirnya ketika duduk di bangku sekolah dasar aku ikut pramuka siaga. Entah kenapa aku merasa lebih menonjol dari yang lainnya karena apa yang dikerjakan di pramuka hampir semuanya adalah hal yang sudah biasa aku lakukan seperti tali-temali, mendirikan tenda, memasak atau bahkan mengobati luka. Berangkat dari sana akhirnya aku gabung pramuka sampai menjadi pramuka penegak di SMA dan tentu membuat aku semakin menyukai kegiatan alam bebas dan berkemah. Lalu kenapa bisa masuk pecinta alam?

Begini ceritanya, pas kelas 11 SMA lewat pramuka juga kau dikenalkan dengan Bang Paqih yang merupakan seorang pecinta alam. Pada waktu itu aku dan teman-teman pramuka diajak refling oleh beliau dari atas jembatan. Karena aku suka sesuatu yang baru dan berbau tantangan akhirnya aku memperhatikan dengan teliti bagaimana prosedur menurunkan orang dari ketinggian dengan cara refling. Sampai akhirnya aku pun rutin ikut kegiatan yang dilakukan oleh beliau dan ketertarikan itu bertahan sampai masuk kuliah

Setelah kuliah aku masuk Khauf dan melakukan pendakian pertama ke gunung Sindoro. Pendakian pertama ini terbilang cukup sulit karena harus membawa beban yang berat di carrier, maklum masih pemula segala dibawa. Dari pendakian ini satu hal yang menjadi pelajaran sampai sekarang adalah pembuktian akan kata-kata orang. "Jika ingin tahu sifat seseorang, ajaklah ia mendaki gunung" dan benar saja dalam pendakian pertama ini aku merasa masih sangat egois dan menjadikan puncak gunung sebagai tujuan. Padahal bukan itu arti sebenarnya dalam mendaki gunung, puncak hanyalah bonus yang terpenting adalah bagaimana kita menikmati proses untuk sampai ke sana.

Sekarang setiap kali mendaki gunung aku lebih menikmati proses sampai ke puncaknya. Bagaimana kita saling mengenal dengan pendaki lain, berbincang bareng di tenda, bercanda dan sesekali menikmati pemandangan di dalam perjalanan. Jadi sekarang kalau mendaki lebih ke dengan siapa kita melakukannya karena itu akan sangat berpengaruh bagaimana kita menikmati pendakian itu. Selain itu, menurutku dengan mendaki kita jadi lebih mengenal diri sendiri dan sifat teman kita. Karena mendaki melelahkan dan di saat lelah itu seseorang akan lebih mudah berkata jujur dan menunjukan sifat aslinya.

Mungkin itu sekilas cerita ku mengapa suka naik gunung, intinya banyak pelajaran dan hikmah yang akan kita dapatkan ketika naik gunung. Tetapi itu kembali lagi ke diri masing-masing, apakah bisa mencari hikmah dan pelajaran itu atau tidak.

0 komentar:

Posting Komentar